Bagaimana rasanya setelah, kamu tanpa dia?

Sepulang dari bepergian yang jauh, berjuang atas nama tempatku menuntu ilmu; Universitas Mataram. Banyak hal yang menjadi mudah. Banyak senyum yang tersungging disudut bibir, ada beban yang harus dipikul hingga kegiatan yang sama di tahun depan, dan ada perubahan. 

Hari pertama ---kembali ngampus---- adalah hal yang menyenangkan. Ketemu lagi bareng orang gila di kampus dan jadi mahasiswi biasa lagi. Gak ada kegiatan tambahan betelur di Laboratorium kayu dan berpeluh ria hingga bajuku yang harum berubah jadi bau keringat. Semuanya akan kembali normal –-----kuliah pulang----- dan mengerjakan tugas dengan tenang. 

Masuk ruang N, dan membawa oleh-oleh ala kadarnya cukuplah menghantarkan aku ke hadapannya. Kutuangkan beberapa butir permen dan memberikannya. Hanya sebuah kata “selamat” dan itu lebih dari cukup. –aku tidak ingin eufhoria berlebih-. 

Setelah itu, beberpa hari kemudian, hubungan kita terjalin (lagi), Kita telusuri lagi jalanan-jalanan di kota ini, bercerita, tertawa, bertukar pikiran, dan menyiapkan kejutan kecil untuk seorang teman yang sedang berulang tahun ke-20. Selamat ulang tahun ya kamuu :)  Doa terbaik untukmu. :):):) 

Surprise kecil berhasil disela curi-curi waktu. Makan kue, minum sirup, saling suap kue, berfoto, dan ketawa-ketiwi tak ketinggalan. Ketika waktu sudah menunjukkan pukul malam dan laporan masih belum terjamah, saatnya kita pulang.

Kita telusuri lagi jalanan itu diwaktu malam. Dingin ya? Iya dingin, sedingin perasaaku yang masih tetap dingin hingga bulan ke-11.
“ada hadiah untukmu”
“apa? Apa hadiah buat saya?”
“tunggu, ditempat yang banyak lampunya”
Aku menunggu cemas. 


Sampailah kita dipinggir dagang buah, lampu remang-remang kuning, romantis memang. Tetapi semua berubah seiring jawaban yang aku lontarkan pada dua pilihan yang terlalu sering untuk diutarakan,
-aku memilih susu rasa kesukaanku; coklat- 

Dear kamu; kamu sepertinya sudah hapal bagaimana perangaiku. Apa yang aku gemari. Apa yang membuatku mengkal, bagaimana jalan fikiranku, dan mungkin hal lain yang aku sendiri tidak menyadarinya. Banyak hal yang kita lakukan bersama, hal kecil yang akhirnya menjadi bagian paling dirindukan ---–belajar, makan, pulang bareng, selfian, liburan, dan smsn---- selebihnya, cukup aku simpan didalam kenangan. Entah karena apa, sepertinya kita dibatasi oleh sungai yang lebar. Aku dimana, kamu dimana, tetapi kita tetep ditempat yang sama. Sudah berapa lama setelah aku memilih susu coklat itu kita tidak ngobrol? Apa aku melakuakn kesalahan (lagi)? Iya kah? Atau……………………………….. sudahlah. 

Ketika aku memberanikan diri bertanya dan mengutarakan kejanggalan ini, aku mendapatkan jawaban yang pasti. Aku suka kejujuran, maka jujurlah kau, 

Menjauhlah jika pilhanmu adalah menghindariku. Acuhkan saja aku jika kau tidak ingin melihatku. Aku juga terlalu sering melakukan itu untuk orang-orang tertentu yang mengusik ketenangan hati. Aku tidak akan berkutik untuk menahanmu pun melepaskanmu. Aku cukup merasa bersalah membuatmu terus berada dipersimpangan dalam kurun waktu yang lama –tanpa keselarasan ucapan dan sikap-. Atas itu aku minta maaf. 

Hanya saja, aku terkadang merindukan, salah! Bukan terkadang, aku merindukan momen dimana kamu selalu ada untukku disetiap kondisi yang aku hadapi, sulit ataupun senang, Terima Kasih Kamu.


 Mataram, 15 Desember 2014
11:27 WITA

Comments

Popular Posts